Jakarta - Menyebut nama Hariyanto Arbi adalah mengurut sederet prestasi.
Hari, sapaan akrabnya, berhasil menggondol medali emas All England sebanyak dua
kali pada 1993 dan 1994. Keberhasilan Hari terus berlanjut. Masih pada tahun
1994, Hari menjuarai All Indonesian Final, Hongkong Terbuka, dan SEA Games.
Hari pun mendapatkan julukannya dalam bulutangkis, si Smash 100 Wattt.
Julukan itu tersebar setelah kemenangan Hari atas Rashid Sidek. Rashid
terkenal sebagai jago kandang yang tak terkalahkan saat bermain di negerinya
sendiri. Sebelum pertemuan dalam laga final dengan Rashid, Hari makan sembari
berbincang dengan rekannya Ardy B Wiranata. “Ardy menantang saya apakah saya
bisa mengalahkan Rashid yang terkenal jago kandang,” kata Hariyanto Arbi
sebagaimana dilansir Badminton Indonesia. “Lalu saya jawab, lihat saja nanti.
Saya akan kalahkan dia dengan smash 100 watt,” imbuhnya.
Hari mengakui kata-kata itu keluar secara spontan. Namun, ternyata
percakapan Hardi dan Ardy didengar oleh salahsatu wartawan Indonesia yang saat
itu hendak meliput pertandingan tersebut. Ternyata Hari berhasil menang. Dalam
pemberitaan si wartawan tersebut, Hari disebut sebagai si Smash 100 Watt.
Orang kemudian mengamini julukan tersebut. Ardi pun dianggap sebagai
titisan sang legenda Lim Swie King karena secara teknik keduanya dianggap
hampir setara. Ia pun sempat dijuluki Jumping Jack karena ia sering
berloncat-loncat.
Hari berharap banyak pemain-pemain muda yang mengikuti jejak sukses pemain
Indonesia sebelumnya. Di era Hari, tunggal putra Indonesia memang sempat
berjaya diantaranya Alan Budikusuma, Joko Supriyanto, Ardy B Wiranata, dan sebagainya.
"Saya kira Jonatan (Christie) ya, dilihat dari postur tubuh dan smash
nya yang kencang. Tapi semua ini kembali lagi ke Jonatan nya, tergantung
bagaimana dia mengembangkan potensi yang dia punya," jawab Hari saat
ditanya siapakah pemain muda Indonesia yang mampu “mewarisi” gelar Smash 100
Watt-nya.
MUHAMMAD NAFI |
BADMINTON INDONESIA | PB DJARUM
ConversionConversion EmoticonEmoticon